Labels

Iklan

Menguji Keteguhan Hati

Mediashare
Wednesday, July 17, 2013
Last Updated 2013-07-17T12:00:08Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
Sebuah Perjalanan Spiritual.
Tak terasa sudah setahun lewat keikutsertaan saya di komunitas “shalat malam bersama” di masjid Giri Kedaton, komplek makam Sunan Giri, Gresik. Memang terasa agak berat untuk meng-istiqomah-kan amalan ini di tiap malam Jum`at. Dimana saya dan hampir semua jama`ah mempersiapkan diri untuk berangkat sendiri ataupun secara rombongan kecil dalam satu atau 2 mobil tepat jam 00.00 wib. Saya sendiri tergabung dalam rombongan kecil yang berangkat dari Tandes, Surabaya. Kelompok lainnya ada yang berangkat dari Dukuh Pakis, Surabaya. Sebagian jama`ah yang lainnya berangkat dari berbagai tempat seperti, Menganti, Benowo dan beberapa tempat yang terpencar.
Awal mula keikutsertaan saya melalui ajakan rekan jama`ah masjid yakni Abah Haji Dharsono, Tengger Kandangan yang kemudian mempertemukan saya dengan beberapa ustadz yang telah lama mengikuti kegiatan rutin ini. Diantaranya adalah Ustadz H. Bashir, seorang Guru Agama Islam, Manukan Lor, Ustadz H. Harsono, Sambi Arum Ustadz H. Husaeni, Kali Jaran, Ustadz Munir, Benowo dan beberapa ustadz yang lain. Kegiatan ini juga mempertemukan saya dengan Abah Haji Tarhib yang akrab disapa dengan sebutan abah Sahid. Bersama merekalah setiap malam Jum`at saya bersama-sama mengikuti kegiatan Shalat malam yang kemudian dilanjutkan dengan istighotsah serta berziarah ke makam Walyyullah Sunan Giri.
Setelah beberapa minggu, barulah saya bisa “mengenal” lebih dekat komunitas shalat malam ini. Jika yang hadir agak banyak, kira-kira ada sekitar 30 orang lebih. Jika banyak yang berhalangan hadir, ya, kira-kira ada sekitar 15 sampai 20 orang. Memang sebuah komunitas yang benar-benar kecil. Tapi kalau mengingat beratnya amalan atau kegiatan ini, saya bahkan bisa mengambil korelasinya dengan kekuatan atau keteguhan Iman seseorang. Memang bukan gambaran langsung tentang kualitas Iman seseorang, tapi kekuatan untuk melaksanakan kegiatan ibadah tambahan secara istiqomah sedikit menggambarkan betapa pedulinya kita pada perintah Allah untuk menegakkan shalat malam. Seperti yang tersurat dalam Al Qur`an di QS. Al Israa` ayat : 79.
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا﴿٧٩﴾
(79)Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.

Beberapa bulan kemudian barulah saya bisa mengenal lebih dekat lagi komunitas ini. Ternyata ritual shalat malam berjama`ah ini dipimpin oleh salah satu ustadz yang mempunyai jadwal ceramah cukup padat setiap harinya. Beliau adalah Al Mukarrom Romo Kyai Haji Muhaimin Fadli. Semakin hari semakin menguat kecintaan saya pada komunitas ini. Apalagi pada tiap ahad pagi kami bisa berjumpa dan bersama-sama melantunkan asma Allah di acara istighotsah rutin serta pengajian di kediaman beliau KH. Muhaimin di kawasan Dukuh Pakis, Surabaya. Keakraban kami semakin terjalin dengan acara rutin tahunan ziarah ke makam para wali songo. Sesekali saya juga sempat bersama dalam satu mobil untuk mengantar beliau ceramah ke luar kota.
Beberapa kali beliau juga pernah mengajak saya untuk berziarah ke Makam syech Syaicona Cholil di bangkalan. Acara ziarah ke bangkalan ini juga merupakan amalan yang di-istiqomah-kan. Semakin hari semakin terasa kecil dan bodoh saya dalam hal ibadah. Kondisi yang demikian inilah yang justru semakin memacu semangat saya untuk belajar dan belajar terus. Apalagi melalui komunitas ini juga saya sempat dikenalkan beberapa kali dengan sebuah komunitas yang lain yang jauh lebih besar. Sebuah komunitas istighotsah dan pengajian rutin tiap malam tujuh belas atau tanggal 16 malam di rumah kediaman Kyai sepuh Al Mukarrom KH Khusen Illyas di Karang Nongko, Mojokerto.
Secara pribadi saya tak pernah menyangka akan berada dalam satu ruangan dengan para ustadz dan kyai yang namanya begitu dikenal masyarakat luas. Selain Kyai Khusen yang sudah sepuh tapi masih terlihat sehat, juga terlihat oleh mata saya yang begitu dekat KH. Imam Chambali yang aktif ceramah di salah satu stasiun televisi, juga KH. Syukron yang akrab di sebut dengan Abah Syukron, dan banyak Kyai yang belum saya kenal. Melalui komunitas ini juga saya mengenal KH. Miftahul Huda, pemimpin sebuah pondok pesantren di Menganti. Sekali lagi, kadang rasanya seperti mimpi. Saya yang sebelumnya merasa seperti sendirian dalam kerumunan orang banyak, saat ini seperti punya banyak banyak teman justru di komunitas kecil yang “hidup” disaat banyak manusia mamilih “mati” terlelap.
Sebenarnya shalat malam bisa kita lakukan sendiri-sendiri di rumah masing-masing. Tapi sejak saya merasakan shalat malam berjama`ah di beranda Masjid Sunan Giri tiap malam jum`at saya justru merasakan tambahan semangat yang berlipat. Disamping bisa bergabung dengan orang-orang berilmu juga bisa memacu semangat untuk memperdalam ilmu agama yang sangat jauh tertinggal dibanding rambut-rambut saya yang mulai banyak memutih. Selama ini saya hanya “memanjakan” kesenangan membaca berbagai tulisan. Tapi sejak tahun 1997 kegemaran membaca saya berubah 180 derajat. Dari hanya membaca berita koran dan berbagai judul komik dan novel serta berbagai judul cersil “kho Ping Ho” , saya beralih untuk mencoba membaca ayat-ayat Allah dalam Al qur`an. Tentu saja dengan terjemah, tafsir dan sebab-sebab turunnya ayat. Alhamdulillah,.. ternyata cukup memberikan efek positif. Dari mulai ogah-ogahan beribadah berubah manjadi orang yang penuh semangat dalam ibadah.
Sampai suatu saat saya membaca buku yang tergeletak di rumah kakak ipar saya. Ada ketertarikan hati saya untuk membaca keseluruhan isi buku tersebut yang mengajarkan Al Qur`an dengan memberikan bukti-bukti melalui ilmu pengetahuan modern. Begitu kuatnya pengaruh buku tersebut, membuat saya semakin bernafsu untuk melahap paparan-paparan penulisnya di berbagai judul yang diterbitkan. Keinginan untuk selalu terlibat dalam perilaku ibadah tetap mengalir dengan begitu kuatnya. Tapi keinginan membaca akhirnya kendur juga. Terutama membaca novel-novel Islami. Mungkin dikarenakan kecurigaan yang kuat tentang adanya tendensi tertentu dari derasnya kemunculan novel-novel tersebut. Tentu saja tendensi keduniaan yang begitu kuat melekat disetiap penerbitannya.
Tertunduk lesu, saya mencoba mengalihkan lagi minat baca saya pada kitab-kitab yang ditulis para salaf. Buku-buku yang isinya dibuat berabad-abad yang lalu itu justru membuat saya menoleh dengan serius. Dengan menyisihkan sebagian pendapatan untuk belanja buku maka kerinduan baca saya bukan hanya terobati, tapi justru seperti semangat yang lain malah muncul yakni semangat untuk “bisa” melakukan seperti apa yang telah dilakukan orang-orang berilmu disekitar saya. Tapi di satu pihak hati saya dituntut untuk lebih arif dalam menerima kenyataan bahwa saya bukanlah orang dengan latar belakang agamis. Saya tak pernah mencicipi madhrosah, apalagi lingkungan pondok pesantren. Bapak saya seorang purnawirawan perang kemerdekaan yang ahli dalam baca tulis Qur`an. Sedangkan almarhumah ibu saya baru belajar Islam (arab) di usia senja. Tapi Ibu saya mahir dalam Islam (jawa), karena seluruh bacaan sudah dimodifikasi dari bahasa arab ke bahasa jawa.
Shalat malam berjama`ah.
Komunitas ini sebenarnya merupakan ujian tentang seberapa besar tekad atau kemauan kita dalam menghadiri sebuah amal baik. Juga tentang seberapa besar keikhlasan kita dalam menjalaninya. Shalat malam berjama`ah ini juga merupakan jembatan penyampaian ilmu agama dan dari seorang Kyai yang kaya Ilmu kepada orang-orang atau jama`ah yang haus ilmu. Demi untuk memperkuat Iman dan memelihara shalat malam yang setiap harinya dilakukan secara sendiri-sendiri di rumah masing-masing. Shalat berjama`ah ini juga bermanfaat untuk mendorong semangat shalat malam di hari-hari selanjutnya dalam minggu yang sama. Kadang kita malas atau memandang ringan dengan meninggalkan shalat malam, tapi setelah bertemu dan shalat berjama`ah dengan saudara-saudara kita yang penuh semangat, tiba-tiba jadi bergairah lagi untuk shalat malam sendirian dirumah.
Shalat diawali kira-kira pukul 01.00 wib. Setelah 2 rokaat takhiyatul masjid, kami membuat shof dibelakang KH. Muhaimin Fadli. Kami mengawali dengan 4 rokaat shalat Tasbih dengan 2 salam. Untuk rokaat pertama dan kedua kami membaca surat Al Zalzalah dan Al Ahdiyaat. Sedangkan untuk rokaat ketiga dan keempat kami membaca At Takatsur dan Al Ashr. Setelah shalat tasbih Kyai Muhaimin sebagai Imam berdiri dengan niat shalat Tahajud. Kami melakukannya sebanyak 12 rokaat dengan 6 salam. Kemudian kami melanjutkannya dengan shalat Hajat 12 rokaat 6 salam. Setelah berdoa sejenak kami kembali sujud dalam waktu yang agak lumayan lamanya. Dengan bacaan-bacaan tertentu yang telah di beritahukan sebelumnya oleh Kyai.
Bangun dari sujud kami bertawasul sejenak untuk kemudian beristighosah beberapa saat sebelum Kyai memimpin do`a. Disinilah saat yang selalu kami tunggu. Do`a yang dilantunkan oleh Kyai selain dalam bahasa Al Qur`an juga menggunakan bahasa yang benar-benar kami pahami. Bahasa Jawa. Sehingga isi do`a benar-benar seperti keluar dari kata hati kami masing-masing. Sepertinya Kyai memahami seluruh problematika kehidupan jama`ahnya. Setelah mengakhiri do`a kami berdiri untuk shalat witir 3 rokaat 2 salam. Selesai ? Belum ! Kami masih melakukan satu amalan lagi yakni ziarah ke makam Raden Ainul Yaqin Sunan Giri untuk membaca tahlil dan berdo`a untuk seluruh ahli kubur muslim dan mukmin termasuk ahli kubur keluarga kita.
Setelah membaca tahlil dan berdo`a, kami menuruni tangga komplek makam Sunan Giri menuju areal parkir. Ada dua tujuan sesampai di areal parkir. Pertama, langsung pulang menuju rumah masing-masing. Kedua, makan bersama lebih dulu di suatu tempat. Tak jarang kami makan bersama lebih dulu sebelum meneruskan perjalanan pulang. Biaya makan ? Jangan khawatir, banyak dermawan yang bergabung di komunitas ini yang siap bersedekah untuk makan para jama`ahnya. Kadangkala kami makan di suatu tempat yang lain, tapi kami lebih sering makan bersama di warung makan di depan pasar Gresik. Selain murah rasanya benar-benar nikmat. Mungkin karena perut memang lagi kosong. Alhamdulillah, mudah-mudahan Allah memberikan rizki yang berlipat bagi mereka yang sering bersodaqoh memberi makan kepada kami.
Itulah rutinitas kami setiap malam jum`at di Masjid Sunan Giri. Selain bertemu dengan orang-orang yang istiqomah dalam memelihara shalat malam, kita juga bisa belajar banyak kepada mereka tentang ilmu agama. Andapun bisa ikut bergabung dengan kami di komunitas ini. Meski kami mengakui bahwa tidak banyak dari kita yang begitu kuat bertahan melaksanakan amalan ini. Tapi saya begitu yakin, jika benar-benar dilandasi oleh keinginan yang kuat untuk mempertebal keyakinan atau Iman, Insya Allah tak ada sesuatu yang memberatkan. Termasuk shalat malam berjama`ah di malam Jum`at. Jujur saya katakan bahwa banyak dari mereka yang mencoba untuk bergabung tapi putus di tengah jalan. Hal inipun kami memahami sepenuhnya. Karena ritual ini bukanlah sebuah kewajiban. Mungkin hanya sebuah ujian keteguhan hati dalam menjalankan perintah, meski bukan perintah yang wajib dilaksanakan.dan hanya sebagai ibadah tambahan.
Seperti yang saya utarakan di depan, komunitas ini telah membawa diri saya mengenal orang-orang yang sebelumnya hanya saya lihat dari jauh. Jika bukan karena komunitas shalat malam ini, belum tentu saya bisa masuk rumah Kyai sepuh Khusen Illyas dari pintu dapur dan duduk bersama-sama dengan para ustadz dan kyai dari berbagai tempat. Padahal saya bukanlah apa-apa dan bukan pula siapa-siapa. Saya hanyalah akar yang hanya akan berguna jika sudah tak ada lagi rotan yang tampil di permukaan. Saya hanya bisa memimpin jama`ah kecil untuk melakukan shalat, membaca yasin tahlil dan istighotsah serta memimpin do`a dengan kemampuan paling minim. Saya hanya bersedia jika semua sudah tidak lagi bersedia. Kenapa ? Karena saya tidak mau kehilangan komunitas dzikir, sekecil apapun komunitas itu. Sebab jauh di lubuk hati saya berkeyakinan bahwa merekalah yang nanti akan menjadi saksi tentang semua amalan kita selain jasad yang saat ini saya kenakan.
Oleh karena itu pertemuan dan kebersamaan dengan Kyai-kyai yang kebanyakan “low profile” membuat saya semakin betah untuk beribadah. Semakin semangat untuk mengasah kemampuan berpikir tentang ayat-ayat Allah yang banyak tersebar di seantero jagad raya ini. Meski terkesan uzur tapi saya akan tetap berjuang untuk mati tetap dalam keadaan berjalan di manzilah Allah swt. Saya sadar sepenuhnya jika setiap saat selalu datang sekumpulan setan untuk membelokkan kelurusan dan keteguhan hati ini. Juga cobaan-cobaan yang kadang terselip disela-sela perjalanan hidup ini, tapi saya telah bertekad untuk mengakhiri kapan saja pertarungan antara hidup dan mati demi akhirat ini dengan menggenggam Iman yang kelak bisa saya pertanggung jawabkan.
Tekad itulah yang membuat saya tak mau lepas dari apa yang sudah saya genggam. Demikian juga dengan kebersamaan saya dengan komunitas shalat malam “Sunan Giri”. Kadang hati saya merasa rindu untuk mengantar Kyai kemana beliau pergi, tapi ada kendala yang harus selalu saya selesaikan di ladang satu-satunya yang saya miliki. Pekerjaan. Meski hanya karyawan sebuah perusahaan swasta, tapi saya cukup menikmati pekerjaan saya. Meski sudah cukup lama mengabdi, mudah-mudahan Allah tetap akan memberikan kekuatan yang cukup untuk mengakhiri semuanya dengan kebaikan. Saya suka dan menikmati perjalanan yang kadang juga kami lakukan dalam komunitas kecil kami di perusahaan. Ziarah ke makam para walyyullah.
Demikianlah, mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada KH. Muhaimin Fadli dan keluarganya, kepada KH. Miftahul Huda dan keluarganya serta seluruh santrinya, kepada seluruh Jama`ah Istighosah Raudlotul Ulum, Mudah-mudahan Allah juga memberikan kekuatan Iman kepada seluruh jam`ah KH. Khusen Illyas dan keluarganya, memberikan kekuatan kepada para Kyai dan para ustadz yang bersedia menemani dan membimbing jama`ah Istighosah di rumah beliau KH. Khusen Illyas dan mudah-mudahan pula Allah memberikan kekuatan dhohir maupun bathin kepada seluruh jama`ah shalat malam “Sunan Giri” Gresik. Amin Allahumma amin.
Kepada saudara-saudaraku yang ingin bergabung di komunitas shalat malam “Giri Kedaton” Masjid Sunan Giri di komplek makam Sunan Giri, kami persilahkan untuk datang tiap-tiap malam jum`at kira-kira pukul 00.30 wib tepat. Insya Allah kita akan menemukan sesuatu “kekuatan” yang mungkin selama ini belum kita rasakan yakni kekuatan dari “Qiyamul lail” yang langsung berimbas pada peningkatan Iman masing-masing pengamalnya.
Sekian,
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl