Bulan Kesabaran.
10
Jul
هُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ , وَ الصَّبْرُ ثَوَابُهُ اْلجَنَّةَ
“Bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran dan ganjaran kesabaran adalah masuk surga.”
Kebutuhan utama dalam kehidupan kita sebagai orang
beriman yang harus beribadah adalah kesabaran. Sebab, ketaatan yang kita
ikrarkan mengharuskan kita untuk mengerjakan perintah-perintah Allah
swt. Selain itu kita harus pula mengikhlaskan hilangnya kesempatan
bermaksiat karena larangan-larangan yang harus kita tinggalkan. Taat
adalah sesuatu yang berat bagi mayoritas manusia apalagi taat pada
perintah Allah swt. Ketaatan kepada Allah swt. memang membutuhkan
kesabaran yang tinggi. Karena hanya kesabaranlah yang akan mengantarkan
kita pada kebenaran ibadah, yakni Ikhlas. Tanpa kesabaran tak mungkin
kita bisa mencapai keikhlasan dalam beribadah.
Sabar adalah bagian terbesar dari manifestasi
keimanan. Sedangkan kita juga tahu berlaku sabar adalah sesuatu yang
paling sulit dilakukan. Apalagi bagi manusia yang pada dasarnya
mempunyai sifat tergesa-gesa. Jangankan dalam pelaksanaan rukun Islam
yang lima. Untuk hal-hal kecil yang sepele seperti antrian ticket,
berkendara di jalan, menahan marah saja kita sangat kesulitan
mengistiqomahkan kesabaran. Apalagi untuk bersabar dalam menjalankan
perintah-perintah Allah seperti Shalat lima waktu, shalat tarawih,
membaca dan menghafal AlQur`an serta puasa Ramadhan. Sangat berat. Oleh
karena itulah Allah memberikan balasan bagi orang-orang yang sabar
dengan balasan atau ganjaran yang sangat istimewa yakni Surga.
Lantas, apa keistimewaan sebuah kesabaran hingga
Allah begitu besarnya memberikan balasan penggantinya? Marilah kita coba
untuk sedikit menguak ada apa dibalik kesabaran hingga balasan yang
diberikan oleh Allah swt. begitu luar biasa.
QS. Az Zumar : 10
قُلْ
يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ
أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ﴿١٠﴾
(10)Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman.
bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Taqwa adalah essensi dari pada ibadah. Cermin dari
pada ketaqwaan adalah istiqomah berbuat dalam kebaikan. Sedangkan
kebaikan adalah buah dari kesabaran. Sehingga kalau di lebur, ketiga
kalimat tersebut memberikan penjelasan bahwa, kesabaranlah yang bisa
membuahkan sifat-sifat yang baik yang menjadi pondasi terbentuknya
sebuah bangunan taqwa. Lantas, benarkah kesabaran bisa menyebabkan
seseorang istiqomah dalam berbuat baik? Marilah kita buka Al Qur`an
surah Fushshilat ayat 35,
وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ﴿٣٥﴾
(35)Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.
Firman Allah tersebut memberikan gambaran dengan
sangat jelas kepada kita, bahwa Allah swt. akan menganugerahkan
sifat-sifat yang baik hanya kepada mereka yang selalu dalam kesabaran.
Bahkan lebih jelas lagi, bahwa sifat-sifat yang baik itu tidak akan
dianugerahkan kecuali pada mereka yang benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar. Informasi dalam Al Qur`an ini diperjelas lagi
dengan sabda Rasulullah saw, “Barang siapa suka bersabar, niscaya
Allah akan memperteguh hatinya. Dan tidak seorangpun diberi karunia yang
lebih baik dan lebih luas daripada sifat sabar”.
Sabda Rasulullah saw yang lain adalah, “ Sifat sabar itu cangkul seorang mukmin, dan sifat sabar juga panglima tentara mukmin”.
Sabar adalah modal seorang beriman dalam berbuat sesuatu. Layaknya
seorang petani yang mau berangkat ke sawah atau ladang, cangkul adalah
modal untuk berbuat sesuatu yakni bercocok tanam. Tentu saja hasil yang
akan di dapat adalah sesuatu yang hampir pasti bisa dimanfaatkan.
Demikian juga dengan kesabaran, jika sabar dijadikan dasar untuk berbuat
sesuatu, Insya Allah sesuatu yang dihasilkan adalah sebuah kebaikan. Sabar panglima tentara mukmin, karena Allah selalu bersama dan melindungi mereka yang selalu bersabar dalam mengerjakan perintah-perintah Allah swt.
Sabar itu berat.
Allah swt memerintahkan untuk mengerjakan Shalat dan
memerintahkan bersabar untuk menjalaninya. Pada bulan-bulan lain selain
Ramadhan, mungkin kita hanya fokus pada perintah shalat lima waktu yang
kadang terasa begitu berat. Apalagi bagi orang-orang yang suka berada di
pinggiran Iman. Malah lebih berat lagi. Untuk bisa mengerjakan shalat
Isya` di masjid, bagi mereka adalah sesuatu yang berat. Panjangnya waktu
yang diberikan untuk shalat Isya` adalah alasan utama untuk
menunda-nunda. Apalagi mengerjakan shalat subuh berjama`ah di masjid,
jauh lebih berat lagi. Terutama bagi mereka yang Imannya transparan.
Untuk bangun waktu subuh saja mereka kesulitan, apalagi bangun sebelum
subuh. Malah jauh lebih berat lagi.
Nah, pada bulan Ramadhan biasanya banyak dari kita
sanggup untuk bangun sebelum subuh. Itupun murni hanya untuk kepentingan
makan sahur. Sedangkan berjama`ah ke masjid masih merupakan tanda tanya
besar. Belum tentu mereka yang sanggup makan sahur, sanggup pula
berjalan ke masjid. Yang paling sering terjadi adalah tidur lagi setelah
makan sahur dan shalat subuh diakhir waktu. Jika diluar bulan Ramadhan
saja sudah diperlukan kesabaran dalam mengerjakan perintah Allah
khususnya Shalat, apalagi pada bulan Ramadhan yang hampir seluruh
waktunya merupakan perintah dan anjuran untuk beribadah. Maka tidak ada
lain, kesabaran adalah kunci keberhasilan ibadah di bulan Ramadhan.
Selain shalat lima waktu yang harus dikerjakan dengan
kesabaran. Puasa adalah ibadah yang mutlak harus disertai kesabaran.
Puasa yang tidak disertai kesabaran lebih banyak menyebabkan batalnya
puasa karena tidak tahan menunggu waktu berbuka. Belum lagi kesabaran
dalam menjaga sahnya puasa untuk tidak berbicara sesuatu yang tidak
perlu. Termasuk di dalamnya membicarakan aib orang lain. Menjaga syahwat
di siang hari. Menahan diri untuk tidak terpancing emosi sebab sesuatu
peristiwa yang melibatkan diri sendiri. Bersabar untuk tidak mengeluh
dalam menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Menjaga pandangan mata dan
telinga dari suara-suara yang mempengaruhi niat puasa.
Sedangkan di waktu malam kita diperintahkan untuk
memperbanyak amalan shalat, sedekah, membaca Al Qur`an dan memahami
maknanya. Menahan diri dari gencarnya acara-acara televisi yang kadang
tidak ada korelasinya dengan ibadah. Menahan diri untuk tidak pergi ke
tempat-tempat hiburan atau tempat maksiat. Menahan diri untuk tidak
mengumbar nafsu makan secara berlebihan. Menahan diri untuk berpikir dan
berbelanja secara berlebihan untuk persiapan hari raya. Pendek kata,
Ramadhan mutlak untuk ibadah kepada Allah. Sehingga hampir seluruh waktu
dalam bulan Ramadhan hendaknya di fokuskan untuk kepentingan akhirat.
Berkah atau tidak ?
Kesabaran memang harus menyelimuti ibadah Ramadhan.
Jika ingin meraih essensi daripada ibadah di bulan Ramadhan, tak ada
jalan lain kecuali harus melakukan semua perintah ibadah di bulan
Ramadhan dengan penuh kesabaran. Seperti telah terurai di bagian atas,
bahwa kesabaran adalah kunci untuk membuka sifat-sifat yang baik. Jika
kita melandasi Iman dan kesabaran dalam menjalankan ibadah puasa, insya
Allah pada bulan syawal yang akan datang kita akan kita akan hadir dalam
bentuk karakter yang lain. Taat atau patuh pada perintah Allah swt.
Dari yang sebelumnya enggan menjalankan shalat menjadi begitu intens
dalam mengamalkannya.
Demikian juga dengan perilaku ibadah yang lain. Akan
ada perubahan yang signifikan jika dibandingkan dengan perilaku-perilaku
sebelum Ramadhan. Keinginan untuk menimba ilmu Iman dan Islam akan
tumbuh dengan cepat atau perlahan. Yang pasti, tambahan ilmu Iman dan
Islam yang dipelajari akan menambah kemampuan dalam pemahaman agama.
Jika hal tersebut berlangsung selama beberapa bulan, maka hasilnya akan
semakin terlihat dengan jelas. Keyakinan dalam bertauhid akan semakin
kuat dan mantap. Perilaku keseharian perlahan juga akan dapat dirasakan
manfaatnya oleh orang-orang sekitar. Sopan, santun dan semakin terasa
kerendahan hatinya. Jika terlihat tanda-tanda yang demikian pada diri
seseorang, maka minimal bisa kita pastikan kalau seseorang tersebut
telah mendapat berkah dari ibadah bulan Ramadhan.
Tetapi jika tidak terdapat tanda-tanda perubahan
apapun, terutama pada diri kita setelah sebulan penuh menjalankan ibadah
Ramadhan, bisa dipastikan kalau kita benar-benar telah kehilangan momen
perubahan yang di tawarkan oleh bulan Ramadhan. Puasa kita menjadi
puasa yang sia-sia. Tak menghasilakan apapun dari semua yang ditawarkan
oleh bulan Ramadhan tentang perubahan diri. Bahkan tidak berefek sama
sekali. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang melekat diluar bulan Ramadhan
kembali melekat seperti baju yang disimpan untuk kemudian dipakai lagi.
Perangai yang sok-sok`an, bicara kotor, caci maki, merendahkan orang
lain, sewenang-wenang, tak peduli sama orang lain kembali menjadi
kebiasaan sehari-hari.
Yang demikian bisa terjadi kalau kita kehilangan
keyakinan terhadap kekuatan dan kemampuan ibadah di bulan Ramadhan yang
bisa membuat keajaiban pada diri seseorang. Hingga kita memandang dengan
sebelah mata kehadiran Ramadhan dengan mengerjakan perintah puasa
secara asal-asalan. Asal sudah berpuasa, asal shalat tarawih, asal
membayar zakat. Yang semuanya itu tidak bisa dijadikan mahar atas sebuah
perubahan diri dengan berbagai tawaran dan janji dari Allah swt. untuk
sebuah ketaqwaan. Oleh karena itulah kebanyakan dari kita lebih banyak
sudah merasa puas ketika kita telah menyelesaikan sesuatu pada akhir
waktunya.
Seperti mengerjakan soal ujian yang dibatasi waktu.
Menjawab dengan asal-asalan dan menunggu waktu berakhir. Hasilnya adalah
sesuatu yang kebanyakan justru mengecewakan dari apa yang sebenarnya
diharap-harapkan. Oleh karena itulah, mari kita sambut dan jalankan
ibadah puasa dengan sebenar-benarnya. Minimal harus kita usahakan ke
arah yang benar. Agar datangnya bulan Ramadhan membawa manfaat bagi kita
semua. Dan agar kita tidak selalu berada di maqom jahil dalam
beribadah. Marilah kita berusaha memahami ilmu-nya puasa, agar di bulan
syawal yang akan datang kita bisa hadir lagi di tengah-tengah komunitas
kita dengan menggunakan “pakaian” taqwa. Amiin.
Sekian,